ABSTRAK
Nama : Yanti Br. Sitepu
Program Studi : Linguistik Deskriptif
Judul :
Karakteristik Fonologis Penyandang Disleksia: Studi Komparatif Hipotesis
Defisit Fonologis dan Hipotesis Defisit Ganda
Pembimbing : Harwintha
Y.Anjarningsih, S.Hum., M.Sc., PhD
Defisit fonologis merupakan penyebab utama atas ketidakmampuan anak
disleksia dalam membaca (Lyon, Stanovich, 1999). Saat anak disleksia memiliki
gangguan lain, maka anak disleksia tersebut dianggap memiliki defisit ganda
(Wolf dan Bowers, 1999). Berkaitan dengan hasil tersebut, pada tahun 2001
Pennington et al. menginvestigasi defisit pada anak disleksia Amerika dan
menemukan bahwa gangguan membaca pada anak disleksia berasal dari defisit
fonologis. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan karakteristik defisit yang
dimiliki oleh anak disleksia penutur jati bahasa Indonesia, tesis ini membahas
tentang karakteristik fonologis Penyandang disleksia dengan membandingkan
hipotesis defisit fonologis dan hipotesis defisit ganda. Penelitian melibatkan
5 anak disleksia yang berasal dari Sekolah Dasar Inklusif Pantara, Jakarta. Kemampuan
anak disleksia dibandingkan dengan 25 anak (grup kontrol) yang berasal dari SD
Kwitang 8 PSKD, Depok. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif
dengan pendekatan studi kasus kontrol. Instrumen yang digunakan mengadaptasi
instrumen penelitian Pennington et al. (2001). Tes yang dilakukan adalah tes
persepsi ujaran, kesadaran silabel, membaca dan akses leksikal. Kata-kata yang
digunakan sebagai tes berasal dari 10,000 kata yang memiliki frekuensi
tertinggi dalam korpus linguistik Bahasa Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan kelima anak disleksia memiliki defisit fonologis dan 3 di antaranya
memiliki defisit ganda. Hal ini ditandai oleh kecenderungan anak disleksia
dalam melakukan penyulihan fonem dan jenis silabel. Penyulihan fonem terjadi pada
bunyi hambat dan cenderung terjadi dari bunyi bersuara menjadi tak bersuara.
Pertukaran jenis silabel cenderung terjadi pada suku kata KVK dan KKV menjadi
KV. Anak disleksia juga memperlihatkan kemampuan penamaan cepat 3 kali lebih
lambat daripada grup kontrol. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung
hipotesis defisit fonologis (Wagner and Torgersen, 1987) dan hipotesis defisit
ganda oleh Wolf dan Bowers (1999).
Kata kunci: disleksia,
defisit fonologis, defisit ganda, penamaan cepat
ABSTRACT
Name : Yanti Br. Sitepu
Program : Descriptive
Linguistics
Title :
Phonological Characteristic of Indonesian Dyslexics: Comparative Study of Phonological
Deficit Hypothesis and Double Deficit Hypothesis.
Phonological
deficit is defined as the core deficit of
dyslexic children to read (Lyon, Stanovich, 1999). As the dyslexic show
other deficit, they probably has double deficit (Wolf and Bowers, 1999). In
line with that result, Pennington et al. (2001) investigated the American
dyslexic children and found that phonological deficit is the core deficit of
the dyslexics. Therefore, the current study discussed the phonological
characteristics of Indonesian Dyslexics by comparing the hypothesis of
phonological deficit and double deficit hypothesis. Five dyslexic children (DC)
(age 7-9; 3 males and 2 females) and 25 chronological age-matched controls (CA)
were administered speech perception, syllable awareness, words reading and
lexical access test. Most of the instruments were adapted from Pennington et
al. (2001). The instruments for all task were taken from the 10.000 highest
frequent words of the linguistic corpus of Bahasa Indonesia in 2013. The results
showed that Indonesian dyslexic children performed significantly worse than CA
controls in all phonological tasks. The results suggest Indonesian dyslexics
tended to substitute voice to voiceless phoneme and substitute syllable during
syllable awareness task. In addition, dyslexics are easier to produce CV rather
than CVC or CCV. As for the naming speed deficit, the result showed that three
out of five dyslexics were significantly slower than that of their CA controls.
Therefore, the result are broadly consistent with earlier conclusions that
support the phonological deficit (Wagner Torgersen, 1987) and for the
double-deficit hypothesis of Wolf and Bowers (1999)
Keywords: dyslexic, speech
sound, syllable, phonological deficit hypothesis, double deficit hypothesis